PT Citra Maju Sentosa - Retread / Vulkanisir Ban Cikarang

Berdasarkan prosesnya vulkanisir dibagi 2 (dua)

Vulkanisir Panas (Hot Cure / Hot Process)

Vulkanisir proses panas ini tergolong teknologi lama sebelum vulkanisir proses dingin ditemukan. Proses vulkanisir panas secara singkat sebagai berikut :
Ban gundul (casing) setelah di-buffing dilapisi karet mentah (camel back) sehingga berbentuk donat kemudian dimasukan ke cetakan (mold) untuk mendapatkan pola telapak. Selama di dalam mold donat hitam itu diberi suhu sekitar 160 derajat celcius untuk mematangkan camel back.
Suhu setinggi itu hampir sama dengan suhu yang dipakai proses ban baru. Maka dari itu disebut VULKANISIR PANAS.

Vulkanisir Dingin (Pre Cure / Cold Process)

Teknologi vulkanisir dingin (Pre Cure) adalah teknologi yang lebih mutakhir dibandingkan dengan vulkanisir panas (Hot Cure). Proses vulkanisir dingin secara singkat sebagai berikut:
Telapak ban dicetak secara terpisah sedemikian rupa dengan suhu dan tekanan optimal sehingga mendapatkan kepadatan karet maksimal. Kemudian karet yang sudah ada pola telapaknya ini dilekatkan ke casing dengan media perekat CUSHION GUM. Casing yang sudah ditempel telapak dimasukan ke Chamber, dipanaskan 99 derajat celcius untuk mematangkan Cushion Gum.
Proses dengan suhu 99 derajat celcius itu disebut VULKANISIR DINGIN.

Perbandingan performa antara vulkanisir panas dan vulkanisir dingin

Jarak tempuh
Jarak tempuh vulkanisir dingin lebih bagus dibandingkan dengan vulkanisir panas. Karet telapak pada vulkanisir dingin jauh lebih padat dan solid karena diproses secara terpisah dengan tekanan tinggi sehingga ketahanan kikisnya sangat bagus. Sedangkan pada vulkanisir panas proses pembentukan pola telapaknya terjadi di dalam cetakan bersama-sama casingnya. Sehingga tekanan yang dipakai tidak bisa maksimal. Hasilnya, karet telapaknya tidak sepadat dibanding vulkanisir dingin.

Ketahanan casing
Proses vulkanisir panas membuat casing menjadi rapuh karena diproses dengan suhu tinggi. Seperti kita ketahui, musuh utama karet adalah panas. Bahan baku untuk membuat casing adalah material yang 90% berasal dari turunan minyak bumi. Oleh karena itu panas adalah faktor utama penyebab berkurangnya kualitas casing itu sendiri. Sedangkan vulkanisir dingin, diproses dengan suhu relatif rendah sehingga tidak merusak casing.

Berikut proses produksi vulkanisir dingin :

Initial inspection adalah pemeriksaan awal. Casing dari konsumen diperiksa dengan mesin secara manual untuk menentukan apakah casing tersebut bisa diproses lebih lanjut atau tidak. Jika tidak, maka casing akan dikembalikan lagi ke konsumen sebagai ban afkir.

Ada 6 bagian yang diperiksa pada proses ini.

- Bagian dalam (Inner Liner)
- Bagian bead di kedua sisi
- Bagian sidewall di kedua sisi
- Bagian telapak

Pada mesin ini dilakukan proses pemarutan dengan tujuan membuang sisa telapak ban lama dan untuk mendapatkan permukaan kasar sesuai standar RMA 2 (tidak terlalu halus dan tidak terlalu kasar). Permukaan kasar ini dimaksudkan supaya cushion gum bisa menempel dengan kuat pada permukaan casing. Sebelum di-buffing ban terlebih dulu diberi tekanan angin standar, dikondisikan seperti pemakaian sebenarnya, kemudian diputar lalu di-buffing dengan tujuan untuk mendapatkan keseragaman bentuk (uniformity) buffing radius yang tepat.

Di station ini bertujuan membersihkan luka pada ban yang disebabkan oleh benda tajam, batu, dan lain sebagainya. Penanganan luka pada ban radial (steel belted) akan berbeda dengan ban bias (nylon) baik dari segi peralatan dan caranya. Karena tingkat kebersihan luka juga akan berpengaruh terhadap hasil vulkanisir itu sendiri.

Luka yang sudah di-cementing kemudian diisi lagi dengan karet yang sudah dipanaskan dengan extruder gun sampai luka terisi penuh oleh karet.

Apabila ban memerlukan repair (tambalan) baik itu lubang paku, section, reinforce dan tambalan lain, perbaikan tersebut dilakukan di station ini.

Penempelan talapak baru yang sebelumnya sudah diberi cushion gum lebih dahulu.

Pada tahap persiapan sebelum vulkanisasi, casing yang sudah dipasang telapak kemudian ditutup dengan karet envelope untuk menjaga agar tetap ada tekanan yang bekerja menekan telapak termasuk void (groove).

Curing dilakukan dalam sebuah mesin yang disebut Chamber. Jenis chamber yang digunakan adalah chamber dengan teknologi DPC. Dimana chamber mempunyai 3 tekanan sekaligus dalam waktu bersamaan.

Setelah proses curing selesai, ban yang sudah jadi masih harus melewati satu proses lagi yaitu Final Inspection untuk memastikan proses sebelumnya sudah sesuai standar atau belum. Hal-hal yang dicek antara lain: kelengketan telapak dengan casing, dipastikan tidak ada udara yang terjebak antara telapak dan casing, tidak ada kontaminasi, sambungan di telapak sudah sempurna, dan bagian Inner liner tidak ada sepa atau hal lain yang bersifat kosmetik. Setelah semua kriteria ini terpenuhi ban diperbolehkan untuk dikirim.